Game
yang menjadi bagian hidup masyarakat dunia, Indonesia pada umumnya memang
menjadi alternatif media hiburan yang banyak di gemari terutama kalangan muda.
Hal ini juga berdampak pada pandangan generasi sebelumnya yang lebih memandang
game dari sisi negative lebih banyak. Memang pandangan tersebut tidak bisa
serta merta di salahkan pasalnya banyak kalangan muda yang teradiksi dunia Game
dan lebih mengataskannya daripada sekolah.
Masuknya
Game di Kurikulum pendidikan tentu menuai kontrovesi untuk kalangan pengamat
maupun masyarakat umum. Meskipun bermunculan gamer yang bisa mendulang ratusan
ribu dollar namun tidak serta merta mengubah pandangan masyarakat mengenai
dampak negatif tersebut.
Berikut
beberapa Negara yang menjadikan game sebagai salah satu bahan pengajaran untuk
menunjang Esport yang kian menjamur.
1.Norwegia
Sebuah
sekolah bernama Garnes Vidare Gaande Skule yang terletak di Bergen Norwegia
merupakan salah satu sekolah dengan menjadikan Esport sebagai bahan
pembelajaran. Berkembangnya Esport yang mesat mendasari terbentuknya kurikulum
yang mengajarkan seluk beluk dan strategi tepat dalam bermain game.
Esport
sendiri merupakan perkembangan Game yang di bentuk turnamen dan di
selenggarakan secara professional. Berbagai Negara membentuk tim dan mengirim
mereka sebagai perwakilan. Penyelenggaran turnamen Esport sendiri merupakan
salah satu dampak perkembangan teknologi yang kian pesat.
Menurut manager jurusan IPA sekolah
tersebut, Petter Grahl Johnstad menyatakan bahwa pada prakteknya materi game
ini bertujuan untuk mengembangkan kerjasama team, fokus, serta pengendalian
mekanik para siswa. Lebih dari itu pembelajaran yang mendapat jatah 5jam
perpekan tersebut bukan memiliki titik fokus untuk sekedar bermain mencari
kesenangan.
Pihak sekolah juga menuturkan bahwa
Game juga ambil peran dalam pertumbuhan siswanya. Selain bisa difungsikan
sebagai media hiburan, game juga berpengaruh dalam memotivasi siswa untuk
semakin terpacu untuk berprestasi dalam bidang yang digemari.
Dalam penerapan kurikulum tersebut,
nantinya peserta didik akan diarahkan pleh para gamer professional. Beberapa
judul game yang akan di ajarkan di antaranya League of Legend, Dota2 serta game
fps Counter Strike: Global Offensive. Sebagai fasilitas tambahan para siswa
juga akan terbekali video card Nvidia GeForce GTX 980Ti.
2.Swedia
Negara eropa lain yang
mengembangkan kurikulum semata adalah Swedia. Untuk swedia sendiri memang sudah
cukup lama menempatkan gamers professional sebagai pekerjaan positif selayaknya
amerika. Memiliki minat tinggi di pasaran game swedia tentu menjadi pupuk yang
menyuburkan industry game Negara tersebut.
Alas an mengapa game di kembangkan
di sekolah adalah penerapannya yang lebih memusatkan pada skill daripada teori.
Beberapa gamer professional yang berhasil mengharumkan nama besar swedia
layaknya sepakbolanya yang memiliki nama besar lagi lagi di tunjang oleh
berkembang pesatnya teknologi yang menjadi umpan untuk menarik minat masyarakat
untuk terjun dalam dunia game dan menjadikan swedia menjadi salah satu surganya
gamers.
Hampir sama dengan apa yang di
terapkan di norwegia, pada dasarnya memiliki tujuan dan sebagai alternative untuk pengembangan
diri para siswa. Dari sekolah tersebut juga nantinya bisa memiliki potensi muda
untuk menjadi gamers professional dan menjadi perwakilan swedia di ajang
turnamen internasional.
Dari tenaga pengajar pihak sekolah
memperkerjakan tim tim professional sebagai guru dan mentor yang nantinya
membekali para siswa dan mempersiapkan diri di ajang internasional.
3. Indonesia
Dari tanak air kita sendiri juga
telah menerapkan mata pelajaran esport tepatnya di sekolah SMA 1 PSKD. Program
sekolah yang sempat menghiasi media Indonesia dengan menjadika esport sebagai
salah satu ekstra kullikuler akhirnya akan di buka untuk umum untuk tahun
ajaran 2016/2017.
Program yang menjadi inisiatif
kurikulum yang di bangun untuk menarik minat dan bakat calon ppeserta didik
baru dengan tujuan setelah lulus para alumnus bisa menjadikan game menjadi
profesi yang patut di kejar pada bidang Esport.
Para siswa akan mendapat materi
dari beberapa game kompetitif di antaranya Dota2, League of Legend, Heartstone,
dan Vainglory. Keempat game tersebut akan terbagi dalam 2 paket fokus permainan
dengan cabang utama Dota2 atau league of legends dan cabang sekunder
Hearthstone atau Vainglory.
Peserta tidak hanya mendapat
pembelajaran mengenai skil semata, melainkan juga akan mendapat pelajaran
management waktu, kerjasama team dan aspek aspek yang nantinya dibutuhkan dalam
berkompetisi.
Yohanes P. siagian selaku kepala
sekolah menjelaskan kepada tech in asia bahwa program sekolah ini sesuai dengan
visi sekolah dalam menyiapkan murid murid dalam persaingan yang kian maju
mendatang. Pihak sekolah juga menganggap bahwa esport memiliki potensi besar
dalam ekonomi dunia di masa depan.
“perlu diingat bahwa karir di bidang esport bukan berarti
sebagai pemain atau atlit saja. Berkaca dari perkembangan olahraga di masa
lalu, kita bisa melihat adanya pelaku dan profesi industri di sekeliling
olahraga itu yang memerlukan orang orang berkompeten dan memahami seluk beluk
bidang tersebut.” Jelas Yohanes.
Yang menarik dari program ini
adalah turut sertanya sponsor yang mendukung dari beberapa perusahaan terkait.
Nama besar seperti MSI dan SteelSeries bakal menjadi penyedia alat alat gaming
bagi para siswa yang mengikuti program ini.
Perkembangan esport di Negara kita
sejak dua tahun lalu sudah di akui Negara dan telah memiliki badan khusus yang
menaungi olahraga atersebut. Lewat event di gedung serba guna KONI senayan juni
2014 lalu pemerintah mengukuhkan IeSPA (Indonesia eSport Association) sebagai
organisasi yang memiliki akses ke Kementrian Pemuda dan Olahraga.
Berbagai liga esport memiliki total
hadiah yanag menggiurkan dengan nilai milyaran rupiah dapat kita temui setiap
tahun. Hal ini juga menjadi angi segar bagi tim esport yang belakangan mulai
bermunculan di berbagai daerah.
Dengan adanyya kurikulum esport ini, kedepan
bisa membawa masyarakat turut serta dalam meraih potensi video game. Hal ini
sangat penting mengingat pertumbuha esport dunia yang kian membesar dan
tentunya seiring waktu akan membutuhkan regenerasi baik itu talenta baru,
announcer, organizer, dan juga sumber daya manusia lain yang tentunta akan
meningkatkan mutu esport Indonesia agar selevel dengan kualitas kompetisi
internasional
Sumber berita : maxmonroe , techinasia